“Artikel ini penulis dedikasikan untuk Yth. Bapak Dr. (HC). Taufiq Isma’il dan Bapak Jose Rizal Manua sebagai ucapan terimakasih atas kesediaannya untuk membacakan Puisi dan berinteraksi dengan siswa-siswi MTs. Attaqwa 03”
Berlakunya Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi yang telah direvisi melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal (persekolahan). Pembaharuan kurikulum tersebut juga menghendaki bahwa suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mempelajari tentang konsep, teori dan fakta tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian materi pembelajaran tidak hanya tersusun atas hal-hal sederhana yang bersifat hafalan dan pemahaman, tetapi juga tersusun atas materi yang kompleks yang memerlukan analisis, aplikai san sintesis.
Salah satu perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi yang semula berpusat pada guru ( teacher centered ) beralih berpusat pada murid (student centered); metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori; dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual.
Pembelajaran atau secara umum adalah mengajar berasal dari kata dasar ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (dituruti).
Dalam BSNP (2007), pembelajaran adalah :
1. Proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU Sisdiknas);
2. Usaha sengaja, terarah dan bertujuan oleh seseorang atau sekelompok orang (termasuk guru dan penulis buku pelajaran) agar orang lain (termasuk peserta didik), dapat memperoleh pengalaman yang bermakna. Usaha ini merupakan kegiatan yang berpusat pada kepentingan peserta didik.
Mengacu pada definisi diatas, mengajar adalah suatu usaha yang dilakukan sekelompok orang (termasuk guru) untuk menyampaikan atau mengirim pesan (informasi) berupa konsep, prinsip, fakta, proses dan prosedur kepada siswa sehingga dapat diterima dan dikuasai siswa sesuai dengan tujuan yang di harapan. Dalam sistem persekolahan harapan tersebut dituangkan dalam bentuk tujuan pembelajaran (umum dan khusus). Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan kreatifitas guru dalam menentukan metode dan pendekatan yang sesuai dengan materi pelajaran yang di sajikan.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah inovasi yang telah dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Attaqwa 03, guru bertindak sebagai fasilitator sementara pemateri berasal dari para tokoh yang kompeten dalam disiplin ilmunya masing-masing, dengan memanfaatkan teknologi komunikasi sebagai media penghubung antara nara sumber dengan siswa. Kegiatan belajar mengajar dilaksnakan seperti telewicara atau teleconference, siswa dengan dipandu guru berkumpul disebuah ruangan sekolah sementara nara sumber memberikan materi pelajaran melalui sambungan telephone yang di loud (direlay) dengan menggunakan pengeras suara.
Mengomentari metode pembelajaran seperti ini, Sastrawan taufiq Isma’il mengatakan: ”Ini merupakan terobosan baru dalam proses kegiatan belajar mengajar”, tanpa sungkan berulang kali mengatakan bahwa metode pembelajaran seperti ini baru pertama kali terjadi di Indonesia.
Sepintas ketika mendengar kata telewicara atau teleconference kita terbayang bahwa ini adalah sebuah kegiatan yang menuntut perangkat dan penguasaan teknologi tinggi (high technology). Lalu muncul pertanyaan; apakah sekolah-sekolah kecil yang berada dipelosok desa mampu melaksanakannya? Dan apakah semua mata pelajaran dapat menggunakan metode ini?
Apa yang telah dilaksanakan di MTs. Attaqwa 03 sesungguhnya sesuatu yang sangat sederhana, perangkat yang digunakan adalah sebuah telepon celuler atau telepon fixed yang dapat di loud kemudian dihubungkan dengan speaker aktif atau microphone agar suara nara sumber dapat terdengar oleh seluruh siswa. Metode ini juga dapat digunakan untuk semua mata pelajaran, misalnya untuk mata pelajaran PKn, kita dapat melakukan hotline para pejabat negara, politisi, aktifis HAM, aktifis demokrasi, pejabat militer, polisi atau lawyer. Untuk mata pelajaran IPS dapat mengambil nara sumber dari Pelaku sejarah, ekonom, sejarawan dan ahli geologi. Untuk mata pelajaran Agama dapat mengambil nara sumber dari para pemuka agama. Untuk mata pelajaran eksakta dapat mengambil nara sumber dari fisikawan, ilmuan atau pejabat yang membidangi masalah riset dan teknologi.
Untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat menghadirkan Sastrawan/budayaran seperti yang telah dilaksanakan di MTs. Attaqwa 03 yang mengambil nara sumber Sastrawan Dr. (HC). H. Taufiq Isma’il dan Sastrawan Jose Rizal Manua, pendeknya semua sekolah dan semua mata pelajaran dapat menggunakan metode ini, permasalahnnya apakah kita dalam hal ini guru bidang studi dan sekolah mau berusaha untuk melaksanakannya. Disinilah dituntut kemauan dan kreativitas seorang pendidik.
Sumber : Dahli Online
Kamis, 04 Juni 2009
INOVASI PEMBELAJARAN MELALUI PEMANFATAAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar